Jumat, 27 Mei 2011

Ujian Fisik dan Mental

H-3 sebelum pelatihan badan saya malah terasa meriang, gara-gara perubahan cuaca. Siang terasa panas sekali dan malam dingin sekali. Namun saya harus tetap mempersiapkan segala sesuatunya untuk pelatihan di hari minggu besok.

Bahan dasar cangkul.

Saya ingin menggarap lahan pekarangan yang sangat sempit di samping rumah. Yang sampai saat ini masih terbengkalai. Sungguh sangat ironis di rumah saya sendiri pekarangannya malah belum terkelola dengan baik. Oleh karena itu sekaligus untuk persiapan pelatihan di Kepek 2, saya juga ingin mengelola pekarangan saya dengan baik.

Petani di Indonesia identik dengan alat-alat yang di bawanya, misalnya seperti cangkul, dulu bahkan saya sempat di ledekin gara-gara kuliah di fakultas pertanian "mau nyangkul ya?". Nah, waktu saya mau mulai bekerja ternyata tidak ada cangkul dirumah, ternyata sudah menjadi rebutan di tetangga sebelah. Akhirnya saya putuskan untuk beli cangkul saja daripada repot-repot nyari kesana kemari.

Mbah Mukminin, pengerajin cangkul di Wonokromo 1.

Saya membeli cangkul langsung di rumah pengerajin cangkul di Dusun Wonokromo 1, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, namanya Mbah Mukminin. Sebenarnya Ia berjualan cangkul di Pasar Jejeran dan Pasar Pleret di Bantul, namun karena saya kesiangan ke pasarnya, Mbah Mukminin sudah pulang kerumah. Ia sudah sangat lama membuat cangkul, dan sudah dikenal oleh warga sekitar sebagai ahli percangkulan.

Mbah Mukminin, meskipun sudah uzur namun masih sangat kuat.

Meskipun sudah berumur namun Ia masih sangat bertenaga untuk membuat cangkul, tangannya memegang palu gemetaran namun pukulannya sangat kuat. Dia menawarkan cangkul yang sambungan atau yang tidak sambungan, saya memilih yang sambungan agar mata cangkulnya bisa diganti-ganti ukurannya. Karena saya datang langsung kerumahnya, cangkulnya belum di rangkai maka saya harus menunggu sekitar satu jam dan  cangkulnya sudah siap pakai. Satu cangkul tersebut dihargai 125 ribu rupiah, saya tidak tahu apakah itu terlalu mahal atau murah, karena saya sudah bersemangat untuk menggarap pekarangan rumah harganya sudah tidak saya pedulikan lagi (hehehe).

Cangkul langsung saya pakai di pekarangan rumah.

Pulang kerumah hari sudah sore, saya langsung ngereyen cangkul saya. Rencana di pekarangan akan saya buat komposter di tanah dan bedengan untuk menananm sayur-sayuran. Baru beberapa cangkulan badan saya sudah nge-fly, badan terasa ringan tapi kepala terasa berat. Duh, tadi barusan saya lihat Mbah Mukminin yang sudah tua tapi masih sangat bertenaga, lha saya yang masih muda hanya karena kena angin langsung tepar. Langsung saja "pencangkulan" di pekarangan saya hentikan, saya takut malah jatuh sakit sedangkan besok harus nyiapin pekarangan di Kepek 2 dan hari minggu sudah pelatihan. Ini adalah ujian fisik sekaligus mental bagi saya, karena akan menghadapi hari-hari yang panjang. Ya sudah lah, doakan saja semoga kondisi saya membaik. Amin.


Baru beberapa cangkulan saya langsung tepar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar